Parade Teater PBSI/ BSI 2013: Pertarungan Batin di Sebuah Jalan Kecil

FBS-Karangmalang. Kondisi perekonomian yang rumit kerap kali memaksa manusia untuk bertarung dengan hati nuraninya sendiri. Tak sedikit di antara mereka yang tergelincir dan terpaksa melakukan hal-hal yang menyalahi nilai  moral yang telah disepakati dalam kehidupan manusia.

Adalah sosok seorang tokoh Pemuda dalam pementasan teater yang berjudul ‘Matahari di Sebuah Jalan Kecil’ karya Arifin C. Noer yang cukup mewakili kondisi tersebut. Tokoh Pemuda dikisahkan makan di warung tokoh Simbok lalu berpura-pura kehilangan dompet dan meminta ijin pada Simbok untuk mengambil dompet di rumah. Simbok yang sudah sering ditipu dengan motif serupa tidak ingin terperdaya begitu saja sehingga pecahlah konflik antara Pemuda dan Simbok. Konflik pun meluas hingga mempertaruhkan nilai kejujuran dan keadilan setelah hadir sosok si Tukang Ojek.

Tukang Ojek yang notabene digambarkan sosok yang jujur dan amat menjunjung nilai kejujuran seketika terbakar amarah melihat ulah Si Pemuda. Nilai-nilai kejujuran pun berusaha dijunjung oleh keempat tokoh lainnya seperti tokoh Ayu si mahasiswi, tokoh Montir, dan tokoh Simbah. Namun, tindak main hakim sendiri yang mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut justru menambah masalah baru.

Konflik pada pementasan tersebut perlahan surut ketika hadir tokoh Perempuan dan Kang Jarot. Kang Jarot sebagai orang yang dihormati di kampung tersebut mencoba memecahkan masalah dengan bijak.

Pementasan yang digelar pada 04/12 beberapa waktu lalu oleh Komunitas Teater Tempur yang beranggotakan mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) kelas G angkatan 2011 tersebut, mencoba mengangkat pentingnya nilai kejujuran dan ketidakjujuran sebagai antitesis. Kondisi moral masyarakat yang menurun dan kekalutan berujung pada tindak main hakim sendiri yang kerap terjadi dalam proses penyelesaian masalah pun diangkat. Hal ini tentu tidak berlebihan jika kita berkaca pada budaya masyarakat masa kini yang memilki kecenderungan serupa dalam menyelesaikan persoalan.

Ketika ditanya terkait alasan pemilihan naskah yang dipentaskan pada malam itu, Drajat Teguh Jatmiko selaku sutradara menjawab singkat.  “ Mampukah sesorang untuk tidak berbohong selama satu jam saja? Mungkin pertanyaan ini yang menjadi alasan, kenapa kami memilih naskah berjudul ‘Matahari di sebuah Jalan Kecil’ karya Arifin C Noer untuk di pentaskan malam ini” tutur mahasiwa yang akrab disapa Miko itu. (Djuwariyah Wonga/HUMAS FBS)