Tim Program Kreativitas Mahasiswa – Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) yang terdiri dari mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa, Pendidikan IPA, Statistika, dan Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta lolos pendanaan yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains, dan teknologi tahun 2025, dengan tema besar terkait pengenalan diri pada Generasi Z dan pelestarian filosofi Jawa melalui virtual reality di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ketua Tim PKM-RSH, Choirrunisa, mengungkapkan bahwa riset berjudul “Sangkan Paraning Dumadi: Upaya Pengenalan Diri pada Gen-Z untuk Tercapainya Mental Well-being dan Pelestarian Filosofi Tradisional Jawa melalui Virtual Reality” merupakan bentuk inovasi yang menggabungkan teknologi modern dengan nilai-nilai kearifan lokal Jawa.
“Fenomena meningkatnya stres, kecemasan, dan krisis makna hidup di kalangan Gen-Z perlu direspons dengan pendekatan yang dekat dengan keseharian mereka, yaitu teknologi digital. Melalui riset ini, kami mencoba menghadirkan kembali filosofi luhur Sangkan Paraning Dumadi dalam bentuk pengalaman imersif berbasis Virtual Reality (VR), agar pengguna dapat melakukan refleksi diri secara menyenangkan sekaligus bermakna,” ujar Nisa.
Filosofi Sangkan Paraning Dumadi sendiri memiliki makna mendalam tentang asal-usul dan tujuan hidup manusia. Nilai-nilai tersebut menekankan pentingnya kesadaran diri, keseimbangan hidup, serta hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Namun, nilai-nilai luhur ini mulai terlupakan oleh generasi Z akibat derasnya arus globalisasi dan digitalisasi.
Riset ini dilakukan oleh tim yang beranggotakan Choirrunisa, Siti Indah Yulianti, Ajeng Ranaya Syah, Afifah Nur Hasanah, dan Anisa Zulfa Nabila. Melalui kolaborasi lintas bidang, tim berupaya menghadirkan media berbasis Virtual Reality yang tidak hanya informatif, tetapi juga membangkitkan kesadaran spiritual dan psikologis.
Dalam pengembangannya, tim menggunakan virtual reality yang memungkinkan pengguna menjelajahi ruang virtual bertema Sangkan Paraning Dumadi. Setiap bagian dari dunia virtual tersebut dirancang untuk merepresentasikan tahapan kehidupan manusia, mulai dari proses penciptaan, perjalanan kehidupan, hingga kembalinya manusia pada asalnya. Narasi dan situs-situs diintegrasikan dengan elemen visual modern untuk menciptakan pengalaman reflektif yang menarik bagi Gen-Z.
Menurut Indah, anggota tim, riset ini juga bertujuan untuk memperkuat kesadaran budaya melalui teknologi. “Kami ingin membuktikan bahwa teknologi tidak harus menjauhkan generasi Z dari akar budayanya. Justru dengan media seperti ini, mereka dapat memahami makna hidup sekaligus melestarikan nilai-nilai tradisional,” ujarnya.
Hasil uji persepsi pengguna terhadap media VR Sangkan Paraning Dumadi menunjukkan respons yang sangat positif. Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon signed-rank test, diperoleh nilai p-value < 0.001, yang berarti terdapat perbedaan signifikan antara skor persepsi pengguna dengan nilai tengah skala penilaian. Hal ini menandakan bahwa pengguna memberikan penilaian jauh lebih tinggi dari rata-rata, sehingga media VR ini dinilai efektif dalam menumbuhkan refleksi diri dan minat terhadap filosofi Jawa.
“Melalui pendekatan ini, kami berharap Gen-Z dapat menemukan keseimbangan antara dunia digital dan nilai-nilai kearifan lokal. Pengenalan diri melalui filosofi Sangkan Paraning Dumadi bukan hanya tentang pelestarian budaya, tetapi juga tentang upaya mencapai mental well-being,” tambah Ajeng.
Dalam diskusi riset bersama dosen pendamping, Dr. Ali Mahmudi, M.Pd., dijelaskan bahwa inovasi seperti ini menjadi langkah strategis untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dalam satu wadah pembelajaran reflektif. “Proyek ini tidak hanya relevan secara akademik, tetapi juga memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi. Ia membantu generasi Z mengenali diri sekaligus melestarikan filosofi Jawa,” ungkapnya.
Tim berharap riset ini dapat menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan dan masyarakat luas dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis budaya yang adaptif terhadap perkembangan zaman. “Sangkan Paraning Dumadi mengajarkan bahwa kesejahteraan sejati bukan hanya tentang bahagia di dunia digital, tetapi juga memahami arah dan makna kehidupan itu sendiri,” pungkas Nisa.