Pentas Akhir Kepengurusan SANGKALA FBS UNY: Yang Akhir Bukan Berarti Yang Terakhir

FBS-Karangmalang. Stage Tari Tedjokusumo FBS UNY ramai dipadati orang-orang yang sudah tidak sabar untuk menyaksikan Pentas Akhir Kepengurusan SANGKALA, Jumat (19/02/2016) dimulai pukul 19.00 WIB. Sebanyak kurang lebih empat ratus orang dari berbagai kalangan akademisi, pegiat teater kampus dari seluruh Yogyakarta, Solo, Semarang, Bandung dan sekitarnya, penikmat seni, serta rombongan pelajar sekolah menengah yang berbondong-bondong memadati lokasi.

Pentas ini diselenggarakan sebagai penanda berakhirnya masa kepengurusan periode 2015 dan berganti kepengurusan periode berikutnya. Selain itu, pementasan ini juga dipersembahkan kepada Alm. Puthut Buchori, tokoh teater Jogja yang juga merupakan kerabat SANGKALA—yang telah wafat beberapa hari yang lalu—beserta keluarga besarnya. Acara ini dihadiri oleh tamu undangan serta rekan-rekan teater kampus dari seluruh Yogyakarta, Bandung, Semarang, Solo, dan sekitarnya.

Pementasan ini membawakan naskah yang berjudul “Dukun-dukunan” karya Puthut Buchori yang telah diadaptasi dari naskah yang berjudul “Dokter Gadungan” karya Moliere. “Satu hal yang menjadi menarik dalam pementasan yang diselenggarakan oleh SANGKALA yaitu tema kolaborasi yang diangkat,” tutur Ibu Widyastuti Purbani selaku Dekan FBS dalam sambutannya.

Ada yang berbeda dari kemasan pentas SANGKALA kali ini, yaitu gaya sampakan di mana para aktor dan pemusik menjadi satu kesatuan dalam pementasan serta ada interaksi antara para aktor dan penonton. Walaupun pentas teater ini dibawakan dengan guyonan namun tidak melupakan pesan moral yang dapat disampaikan. Ada beberapa sindiran keras terhadap masyarakat, khususnya kalangan mahasiswa agar tidak hanya mementingkan lulus cepat dan nilai tinggi sehingga menjadi ‘mahasiswa invalid dan prematur’, tetapi juga dapat mempertanggungjawabkannya dengan kualitas yang dimiliki.

“Kami berharap pentas akhir ini bukan berarti yang terakhir, masih ada pentas-pentas selanjutnya dan terus berkesenian sehingga SANGKALA dapat menjadi ruang belajar untuk berkesenian, khususnya di FBS,” tutur Adif Setiyoko selaku ketua SANGKALA yang akan mengakhiri masa jabatannya. (Rahma Aisyah – Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2014).