Studium Generale "Seni, Sains, dan Teknologi", bersama Pematung Terkenal Nyoman Nuarta

Nyoman Nuarta, pematung Indonesia yang terkenal dengan karya monumentalnya Garuda Wisnu Kencana di Bali, hari ini (13/02/2020) menjadi narasumber pada Studium Generale bertajuk “Seni, Sains, dan Teknologi” yang diselenggarakan oleh Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.  Acara bertempat di Gedung Performance Stage FBS UNY yang diikuti lebih dari 800 peserta terdiri dari mahasiswa dan dosen UNY, serta tamu undangan dari ISI Yogyakarta.

Dekan FBS UNY Ibu Dr. Sri Harti Widyastuti, M.Hum  dalam sambutannya mengungkapkan kebanggaan civitas akademica  karena UNY dapat menghadirkan seniman sekaliber Nyoman Nuarta,  dan berharap perjalanan kesenimanan dan karya-karya  beliau dapat menginspirasi dan bermanfaat untuk kita semua.

Acara dibuka oleh Rektor UNY Bapak Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., yang dalam sambutannya menyampaikan pentingnya pendidikan seni dan budaya dalam kehidupan .

 “Mahasiswa kiranya dapat berpikir lebih luas membawa seni sebagai sebuah peradaban dan jalan bisnis ke depannya karena kesenian tidak  bisa  lepas dari bisnis, tidak sekadar seni untuk seni," Sutrisno Wibowo menambahkan.

Dalam acara itu Nyoman Nuarta juga menyerahkan kenang-kenangan berupa miniatur Garuda Wisnu Kencana. Nyoman Nuarta dalam orasinya memaparkan bahwa seni tidak bisa lepas dari teknologi, karena seni tanpa teknologi tidak akan aman. Oleh karena itu  konstruksi dan kualitas material harus dipertimbangkan matang-matang agar tidak menimbulkan  permasalahan di kemudian hari. Patung Monumental Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang menjadi ikon Bali ini tidak diciptakan dari bahan yang sembarang, tapi harus “the best”. Perencanaannya didahului dengan riset yang menyeluruh dari tanahnya, kontur bentang alam, struktur penopang patung  dan pedestalnya, kulit patung dan teksturnya yang kaya unsur dan detail hingga ketahanannya terhadap cuaca, angin, panas, bencana alam, dan dirancang untuk kuat hingga 100 tahun.

“Menjadi seniman harus pantang meyerah, kegagalan tidak perlu disesalkan, harus terus mencoba dan mencoba sampai berhasil. Oleh karena itu seorang seniman harus pintar membuat bussines plan, dan mampu bekerjasama dengan berbagai pihak serta memiliki jaringan Art World yang  kuat dan saling terkait untuk  mewujudkan sebuah gagasan besar”, demikian penegasan Nyoman Nuarta saat menjawab beberapa pertanyaan dari salah satu mahasiswa. Diharapkan pula UNY punya sekolah bisnis, karena kesenian tidak  bisa  lepas dari bisnis. (dwiretnosa)