Learning Stand-up Comedy Bersama Raditya Dika

FBS-
Karangmalang
. Raditya Dika mengguncang Ruang Seminar gedung PLA lantai 3 FBS UNY, Rabu (7/12), dengan stand-up comedy-nya. Dalam serangkaian roadshow Tuc, salah satu produk cracker dari Kraft, Raditya Dika sebagai brand ambassador menjadi pembicara dalam creative workshop tentang stand-up comedy. Stand-up comedy sendiri merupakan salah satu seni melawak (komedi) yang disampaikan di depan penonton secara langsung atau live. Biasanya sang komedian akan melakukan one man show, melemparkan lelucon melalui monolog atau statement dalam suatu kalimat yang mengandung humor. Meskipun stand-up comedy, pelawak tidak harus terus-menerus berdiri, beberapa pelawak menyampaikan sambil duduk seperti sedang bercerita pada audiensnya. Sejarah stand-up comedy dimulai sejak abad 18 di Eropa dan Amerika.
“Selama ini stand-up comedy belum ada penjelasan lengkapnya dan selama ini masyarakat, terutama masyarakat Indonesia sendiri, masih berpikir bahwa komedi itu tidak bisa dipelajari. Padahal semua itu ada ilmunya,” terang penulis yang akan menerbitkan buku terbarunya “Manusia Setengah Salmon” ketika ditanya mengenai workshop yang digawanginya. “Dan tidak ada yang beranggapan bahwa komedi jenis ini cuma punya orang-orang cerdas. Komedi cerdas itu cuma mitos. Karena semua bisa digali dan dipelajari,” lanjutnya.
Bersama dengan Tuc, pioneer blogger sekaligus penulis ini mendatangi enam kota sebagai serentetan acara promosi Hunger Hunter oleh produk jebolan PT. Kraft Foods Company Indonesia. Kota-kota tersebut adalah Jakarta, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Semarang, dan Bandung. Acara ini sendiri sudah berlangsung dari bulan September lalu. Di Jogja, Tuc bersama Raditya Dika telah memberikan workshop di sepuluh universitas.
“Sebenarnya, yang ditekankan itu adalah eksplorasi anak muda, mencoba hal-hal yang baru, berkompetisi, dan hal-hal semacam itu. Itu inti dari creative workshop ini. Stand-up comedy nantinya juga tidak cuma berhenti jadi bahan lawakan saja. Tapi juga bisa jadi pondasi untuk, misalnya, menulis, buat film, dan nge-blog,” jelasnya lagi.
Hunger Hunter sendiri merupakan program dari Tuc sebagai ajang pencari ‘agen’ penyebar kraker pengganjal lapar. Sejauh ini respon yang diterima cukup positif terbukti dari telah terkumpulnya 7000 foto yang masuk. Antusiasme para peserta workshop juga sangat kentara dilihat dari terjual habisnya tiket hanya dalam waktu empat jam!
“Raditya Dika itu inspirator buat saya yang suka menulis. Humor-humornya mempengaruhi genre dan ide yang nantinya bisa saya eksplor menjadi bahan tulisan,” aku Putri, siswi kelas 3 SMP 6 yang juga menjadi peserta creative workshop. (Nunggal)