Belajar Seni Berpolitik di SL DPM FBS

      FBS-Karangmalang. “Politik Indonesia saat ini terasa banyak terjadi depolitisasi. Banyak pihak yang menuntut pembubaran lembaga-lembaga politik, namun ternyata yang membubarkan itu malah mengisi ruang-ruang kosong yang baru saja ditinggalkan,” ungkap Endri nugraha saat mengisi agenda dialog di Stadium General Sekolah Legislatif (SL) yang diadakan DPM FBS UNY minggu lalu (27/10). Endri juga mengungkapkan bahwa politik kekuasaan sangat sensitif dan jika tidak dikelola secara bijak, rawan menimbulkan konflik. Bahkan sudah sejak awal diciptakannya manusia saja sudah terjadi konflik antara malaikat yang ragu dan syaitan yang menolak kedudukan manusia yang lebih mulia dibanding syaitan.
Kondisi politik seperti ini tidak bisa dipungkiri membuat remaja penerus bangsa memiliki pandangan sempit mengenai budaya politik. Mereka umumnya mengartikan politik hanya dilakukan oleh para pembesar negeri saja sebagai simbol, berbentuk kekuasaan dan sebagainya hingga timbul sikap apatis, paranoid dan antipati terhadap politik. Padahal jika bisa dimaknai secara benar, politik bisa menjadi sarana yang sangat berharga dalam membentuk karakter dalam diri seseorang, dalam konteks ini adalah karakter kebangsaan dan bermasyarakat: berfikir logis, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu, serta berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. Lewat agenda inilah DPM FBS UNY memahamkan hal tersebut.
    Sekolah Legislatif dihadiri oleh mahasiswa FBS khususnya KPU yang akan menjalankan tugas pada Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) FBS 2013 mendatang. Harapannya, KPU mendapat gambaran yang jelas untuk menjalankan tugas selanjutnya yang tidak hanya sebagai pelaksana teknis Pemilwa, namun juga sebagai fasilitator edukasi bagi pemilih pemula yaitu mahasiswa. Nantinya agenda ini akan dilanjutkan dengan Sarasehan Legislatif pada bulan November dan Outbound di bulan Desember agar peserta semakin mantap dan siap berpolitik di kampus FBS.
    Agenda yang dilaksanakan di ruang seminar PLA FBS lantai 3 ini mengangkat tema ‘Sadar Legislasi dengan Seni’, mengingat uniknya kampus FBS yang notabene dipenuhi SDM berkualitas di bidang seni dan budaya. Di awal dialog pun peserta dibekali pemahaman politik praktis di lingkungan yang seni dan budayanya sangat kental yaitu testimoni Jazir tentang politik di Keraton Yogyakarta. Dari agenda ini, diharapkan muncul calon-calon pengisi ruang trias politika yang bisa mewakili kaum seniman dan budayawan dalam menjaga eksistensi seni dan budaya.
   Di kampus FBS inilah seharusnya mahasiswa mulai belajar berpolitik agar nanti ketika terjun ke masyarakat mereka sudah siap berkontribusi dalam perbaikan bangsa. Di akhir dialog, ketiga pembicara yaitu Endri Nugraha, Vivit Nur Asista Putra dan Wahtini pun bersepakat bahwa kampus adalah laboratorium dimana mahasiswa melakukan uji coba. Jika terjadi kesalahan, dampaknya hanya kecil, tidak akan meledakkan UNY apalagi Indonesia. Jangan sampai ketika sudah di masyarakat malah baru uji coba, karena jika salah, dampaknya akan sangat luas. Maka manfaatkanlah kesempatan ini, siapkan diri dari sekarang untuk menjadi penyeru, iron stock dan agent of change dalam perbaikan bangsa. (D. Wulandari/HumasFBS)