Kapita Selekta: Mahasiswa Baru FBS Bicara Seni Budaya

FBS-Karangmalang. Setelah euforia orientasi pengenalan kampus (OSPEK) tingkat universitas yang telah berlangsung pada 19-20 Agustus, akhirnya pada hari ketiga pelaksanaan OSPEK tahun ini, mahasiswa baru dibawa dalam kemeriahan perhelatan ospek tingkat fakultas yang diselenggarakan di fakultas masing-masing. Hal serupa pun dialami para mahasiswa baru Fakultas Bahasa dan Seni (FBS).

Pada hari pertama perayaan OSPEK tingkat fakultas mahasiswa baru FBS disuguhkan dengan berbagai acara (21/8). Berlangsung di Stage Tari FBS, pembukaan OSPEK diwarnai dengan aksi teatrikal dari panitia OSPEK FBS. Turut hadir jajaran birokrasi yang tampil mengisis acara Bincang Dekanat. Lalu berlanjut ke acara 4 pilar kebangsaan, FBS Go International, dan Kapita Selekta.

Dalam acara Kapita Selekta yang mengusung lima bidang yaitu, Jurnalistik, Enterpreneurship, Kepemimpinan, Seni Budaya, dan Penelitian disambut antusias oleh MABA. Hal ini terlihat dalam kapita selekta bidang Seni Budaya yang berlangsung di Pendapa Tedjokusuma. Dibersamai oleh unit kegiatan mahasiswa- fakultas (UKM-F) Sanggar Kolaborasi (SANGKALA) acara berlangsung santai.

Dibuka dengan pembacaan puisi oleh Amada Nurliansyah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) kapita selekta berlangsung meriah. Penyampaian materi seni budaya ditampilkan dengan cara berbeda. Anggota SANGKALA yang dipercaya sebagai pembicara tampil berorasi dan membacakan tulisan mereka masing-masing terkait pandangannya tentang eksistensi bidang kesenian dan kebudayaan di kampus.

Tampil Muhamad Ibrahim dan Muhamad Sodiq membacakan renungannya terkait keberadaan nilai-nilai kesenian dan budaya yang hidup dikampus.

“Masih banyak hal yang akan bisa kita dapatkan, memang kesenian tidak akan menjadikan orang kaya raya. Tetapi apakah itu tujuan hidup sebenarnya. Apakah kita akan berkesenian hanya karena akan dibayar atau bisa menghasilkan duit? Saya secara pribadi  percaya bahwa proses berkesenian di kampus nonseni bukanlah sebuah usaha untuk menciptakan seniman profesional tetapi menciptakan manusia yang mencintai seni dan sesamanya tanpa pamrih ” tutup Muhamad Sodiq. (Djwonga/Humasfbs)