Buku Terbaru: Bahasa dan Sastra dalam Perspektif Ekologi dan Multikulturalisme

FBS Karangmalang. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni UNY kembali menerbitkan buku berjudul “Bahasa dan Sastra dalam Perspektif Ekologi dan Multikulturalisme”. Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari sebuah seminar nasional tentang sastra yang diselenggarakan oleh prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY  pada (28/11/2014).
Ilmu bahasa dan sastra telah mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan adanya upaya yang terus menerus dari para linguis dan ilmuwan sastra untuk mengeksplorasi wilayah kajiannya, yang berkaitan dengan fenomena bahasa dan sastra yang berkembang di masyarakat. Perkembangan tersebut ditandai dengan pemahaman terhadap fenomena bahasa dan sastra dengan berbagai perspektif, antara lain lingkungan hidup dan keragaman budaya. Perspektif tersebut pada akhirnya melahirkan kajian bahasa dan sastra yang dikenal sebagai ekolinguistik, etnolinguistik, ekokritik, sosiologi sastra, antropologi sastra, bahkan juga cultural studies.

Sejumlah artikel yang terkumpul dalam buku ini ditulis oleh para  peneliti dan dosen bahasa dan sastra yang memiliki perhatian terhadap persoalan bahasa dan sastra dari perspektif ekologi dan multikulturalisme. Artikel dalam buku ini dipilah menjadi dua bagian, bagian pertama membahas masalah kebahasaan, bagian kedua membahas masalah kesusastraan. Beberapa judul artikel di bagian pertama misalnya “Linguistik Forensik dalam Masyarakat Multikultural” (Tadkiroatun Musfiroh), “Fungsi Satuan Ekspresi Eufimisme pada Wacana Lingkungan: Sebuah Kajian Ekolinguistik Kritis dalam Media Massa Indonesia” (Siti Maryam), “Pemilihan Bahasa Melayu dalam Masyarakat Multietnik di Desa Sako Kecamatan Pangean, Kabupaten Kuantan, Singingi, Provinsi Riau” (Tasliati), dan “Distribusi dan Pemetaan Varian-varian Bahasa Bugis di Kabupaten Sumbawa” (Aditya Wardani) menunjukkan adanya perkembangan kajian ekolinguistik, etnolinguistik, dan sosiolinguistik. Hal itu menegaskan bahwa pada hakikatnya pemahaman teerhadap keberadaan bahasa tidak dapat dilepaskan dari konteks alam, lingkungan, dan masyarakat yang melahirkannya.

Beberapa judul artikel pada bagian kedua misalnya  “Pembangunan Alam Sekitar Seperti yang Diperlihatkan dalam Karya Sastera Terpilih di Malaysia: Satu Kritikan Eko” (Sohaimi Abdul Aziz dan Fatihah), “Represntasi Alam dan Perkebunan Amerika Bagian Selatan dalam Novel Gone with the Wind Karya Margaret Mitchell” (Rasiah), “The Speaking Subject:  Perlawanan Perempuan dan Alam Tropis terhadap Kolonialisme dalam Cerita Tjerita Nji Paina (1990) Karya Herman Kommer” (Maemunah), “Sastra Lingkungan Hidup sebagai Gerakan Sosial” (Novita Dewi), “Berziarah ke Pulau Buru Melalui Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak” (Wiyatmi), dan “Sapardi dan Artikulasi Jeruk Purut: Sebuah Pendekatan Cultural Studies” (Joko Santosa), menunjukkan perkembangan kajian ekokritik dan kajian budaya dalam ilmu sastra.

Beberapa artikel tersebut menunjukkan beragamnya kajian ekolinguistik, ekokritik, dan kajian budaya untuk membahas berbagai fenomena bahasa dan sastra dari berbagai etnik dan bangsa. Kehadiran buku ini diharapkan dapat ikut berperan dalam mendukung perkembangan ilmu bahasa dan sastra dalam perspektif ekologi dan multikulturalisme.
Selamat membaca.(Tim Editor: Dr.Wiyatmi,Dr. Nurhadi,Kusmarwanti, M.A.,Ahmad Wahyudi, M.Hum,dan Dwi Budiyanto, M.Hum)
 

Tags: