Aksi Koreografer Muda UNY

FBS-Karangmalang. Dalam balutan busana yang didominasi warna putih dengan sayap lebar berwarna senada serta jarik melilit pinggul dan mahkota burung menghiasi kepala seorang gadis cilik, ia nampak seperti seekor burung yang sedang bergembira. Ia melompat dan meliuk dengan indahnya. Sepuluh menit kemudian, gemuruh tepuk tangan penonton di Laboraorium Karawitan (8/6) menutup pertunjukan tari gadis cilik tersebut.

Tepuk tangan meriah tersebut tak hanya ditujukan untuk sang penari, namun juga untuk si empunya gerakan atau koreografer yang tak lain adalah Irene Firmanila P., salah seorang mahasiswa Pendidikan Seni Tari 2010, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (PS Tari FBS UNY).

Irene merupakan satu dari 98 Mahasiswa Seni Tari yang melaksanakan ujian akhir mata kuliah Koreografi Tari II yang diampu Ni Nyoman Seriati, M.Hum., Endang Sutiyati, M.Hum., dan Marwanto, M.Hum.

Di dalam tarian garapannya, Irene memang ingin menggambarkan kegembiraan lewat gerakan yang diambil dari seekor burung Gelatik. “Dalam mata kuliah ini, ujian akhir berupa penciptaan tari yang ditujukan untuk anak sampai remaja, jadi tema yang kami ambil tidak jauh dari keseharian mereka,” jelas seorang mahasiswi Seni Tari di sela kesibukannya merias penari.

Maka tak heran, pertunjukkan tari sejak Kamis (6/6) hingga Minggu (9/6) bercerita seputar tingkah laku binatang-binatang lucu nan menggemaskan. Pertunjukan tari ini terbagi atas tiga kategori, yaitu untuk siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Selain Irene, banyak pula mahasiswa yang terinspirasi oleh laku binatang dalam mencipta tari. Sebut saja Dieng Novita yang menghadirkan tingkah Kepik yang kecil, mungil, anggun, dan cantik dalam pementasannya.

Di tempat yang berbeda, Ruang Seminar PLA, ujian Koreografi II bagi mahasiswa semester VI juga dilaksanakan. Beberapa mahasiswa kelas H dan I 2010 juga menampilkan tari bertema binatang seperti Tari Kelinci dan Kupu Manis.

Namun untuk kategori SMP dan SMA, mahasiswa mengambil tema lain layaknya pekerjaan, kepahlawanan, maupun kedewasaan. Hal ini pun dilakukan oleh Ashrafah Karina Dewi yang menjadi koreografer untuk tariannnya, Tari Anjamplang. “Tari ini terinspirasi dari kisah seorang gadis yang sedang membuat batik bermotif Jlamprang,” jelas sang koreografer.

Dalam pertunjukkannya, sang penari pun dengan anggun bergerak dan nampak memperagakan seseorang yang sedang membatik. Penari pun juga nampak ayu dengan busana warna merah dan jarik lebar. Ia nampak lemah lembut menjerengkan kain batiknya. “Tariannya bagus,” puji Uyung menangapi Tari Anjamplang.

Tak berhenti di situ, masih ada beberapa tarian lain yang dipentaskan, seperti pada Minggu (9/6) Tari Nilondo garapan Anggita Laras P. yang dengan apik dibawakan oleh siswa SMA, Dwi Febri. Dengan kostum yang berwarna lila, Dwi Febri menari dengan lincahnya. “Inspirasi membuat tari bisa datang dari mana saja,” jelas Anggita. Seperti inspirasi menulis, yang membedakan hanya ekspresinya saja,” tutupnya. (Fitriananda/Humasfbs)