Tobong Kosong: Potret Dilema Dunia Hiburan

FBS-Karangmalang. Hujan terus-menerus turun membasahi sebuah panggung ketoprak. Gubuk sederhana dihiasi oleh cahaya lampu yang menyala lindap. Hal tersebut menambah resah para pemain Ketoprak Tobong. Sesungguhnya tidak hanya hujan yang meresahkan hati para pemain Ketoprak Tobong, namun juga surutnya penonton yang menghadiri pementasan, menjadi persoalan rumit bagi para pemain Ketoprak Tobong. Kondisi tersebut pun berdampak pada kesejahteraan hidup mereka dan menyulut perselisihan antara pemain tobong muda dan pemain tobong tua.

Pemain tobong muda menghendaki adanya inovasi dalam pertunjukan ketoprak agar mereka dapat menyeimbangkan kebutuhan hiburan masyarakat masa kini dan kembali menarik minat masyarakat terhadap seni pertunjukan Ketoprak Tobong. Namun seorang tetua Ketoprak Tobong bersikeras untuk tetap mempertahankan gaya lama dalam berseni Ketoprak guna menjaga kemurnian tradisi warisan para leluhur.

Pementasan yang berlangsung selama satu jam, menampilkan suka duka para pemain Ketoprak Tobong ketika bergelut dengan tuntutan kebutuhan hiburan masyarakat masa kini yang sudah mengalami pergeseran. Ketoprak sudah terpinggirkan oleh keberadaan sinetron, film, konser musik yang mendapat tempat lebih di hati masyarakat ketimbang kesenian tradisi.

“Sudah sepatutnya nilai-nilai dalam pementasan “Tobong Kosong” ini kita jadikan sebagai bahan refleksi. Penting bagi setiap elemen masyarakat guna peduli dan memperhatikan kekayaan seni tradisi yang ada di Indonesia khususnya pemuda selaku generasi penerus bangsa,” tutur Gunadi, penonton teater.

Seolah ingin mengiyakan hal tersebut, Kun Setyaning Astuti selaku wakil dekan III FBS dalam sambutannya, mengucapkan rasa syukur dan berterima kasih kepada SANGKALA yang tetap peduli dan memperhatikan keberadaan seni tradisi di tengah gempuran seni modern masa kini.

Pementasan teater yang berjudul Tobong Kosong ini digelar oleh anggota Sanggar Kolaborasi (SANGKALA) pada Jum’at (06/12) beberapa waktu lalu. Bertempat di Laboratorium Karawitan FBS, pementasan ini mengadaptasi naskah Gunawan Maryanto. Gunawan Maryanto adalah seorang sutradara, aktor, dan penulis asal Yogyakarta. (Djuwariyah Wonga/HUMAS FBS)