BEM FBS: Bicara Pendidikan, Sastra, dan Budaya

“Budaya jika dielaborasikan dapat lebih berbahaya daripada militer, karena budaya dapat mengubah dunia,” Tommy Safarsyah, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FBS berbicara lantang dalam sambutannya. Itulah yang melatarbelakangi diselenggarakannya Seminar Nasional Sastra dan Budaya oleh BEM FBS bekerja sama dengan Drimhos, Senin (29/4) lalu. Seminar yang dinarasumberi Taufik Ismail dan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti ini mengangkat tema “Mendidik Bangsa dengan Sastra dan Bahasa". Bertempat di Auditorium UNY, seminar ini dihadiri dosen, mahasiswa, guru, dan siswa dari berbagai wilayah di Yogyakarta.

Acara dikemas dengan sentuhan seni dan budaya yang amat kental. Memasuki ruangan seminar, peserta disambut dengan gendhing Jawa dan lukisan-lukisan hasil karya mahasiswa prodi Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan yang ditempel di dinding-dinding ruangan. HIMASETA (Himpunan Mahasiswa Seni Tari) menampilkan Tari Pudyastuti yang merupakan tarian pembuka dari Yogyakarta sebagai pembuka acara. Acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan iringan piano mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Musik. Sebelum memasuki acara inti, dua perwakilan Sangkala membacakan puisi karya Taufik Ismail dan Prof. Suminto.

Suminto banyak berbicara mengenai pendidikan dan masa depan bangsa Indonesia melalui puisi-puisi Taufik Ismail. “Mendidik bangsa bukan hanya dengan sastra dan budaya, melainkan juga melalui sastra dan budaya, dan tentang sastra dan budaya,” tutur guru besar dari prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini. Dalam seminar ini, ia melontarkan banyak kritik bagi pendidikan di Indonesia. Kritik-kritik tersebut kemudian dipertajam oleh Taufik Ismail dalam ceramahnya yang banyak membahas mengenai penyelenggaraan pendidikan bahasa dan sastra di Indonesia. Menurutnya, masih terdapat banyak sekali hal yang perlu dibenahi dalam sistem penyelenggaraan tersebut. Sebagai perbandingan, Taufik Ismail menceritakan pengalamannya ketika bertukar pikiran mengenai sistem penyelenggaraan pendidikan bahasa dan sastra di Indonesia dan di Rusia. Taufik Ismail menutup materinya dengan membacakan puisi.

Ini bukanlah kali pertama BEM FBS mengundang Taufik Ismail untuk berbicara dalam forum seminar. Melalui acara seperti ini, panitia berharap bisa memberikan sumbangsih dalam perbaikan pendidikan, dan memberikan manfaat bagi generasi muda bangsa Indonesia. “Semoga acara ini bisa menjadi inspirasi untuk kami,” komentar Zulletri, salah satu peserta dari jurusan Pendidikan Seni Tari. Di akhir acara, HIMASIK (HImpunan Mahasiswa Seni Musik) menampilkan ansambel gitar sebagai penutup. (Zakiyah/HumasFBS)